Kamis, 19 Januari 2012


Masa Balita
Seperti Sabda Tuhan yang mengatakan bahwa manusia tidak baik hidup seorang diri saja dan setiap manusia diciptakan berpasang-pasangan. Begitu juga dengan orang tuaku.

Orang tuaku menikah pada 19 April 1994. Namun kehamilan ibuku dimulai pada Mei 1995. Alasan mengapa orang tuaku menunda kehamilan sebab, ibuku merasa belum siap karena perbedaan usia yang cukup jauh antara ayah dan ibuku.
             
Waktu demi waktu ibuku menjaga kandungannya dengan baik dan mempersiapkan diri menyambut kelahiranku dan menjadi seorang ibu yang mengasihi.
          
Pagi dini hari, saat semua orang mulai terlana dengan indahnya mimpi dan hangatnya selimut yang mengalahkan segala keindahan di dunia, tepatnya pukul 01.00 WIB tanggal 2 Februari 1996 merupakan momentum yang sangat berharga, karena pada saat itulah aku pertama kali menatap dunia.

Tetapi, pada awalnya proses kelahiranku tidak berjalan dengan mulus. Pada tanggal 1 Februari sore, tepatnya pukul 16.00 WIB, ibuku sudah merasakan sakit perut yang luar biasa dan merasa sudah akan melahirkan. Ayahku yang panik kemudian membawa ibuku ke bidan terdekat yang jaraknya tidak sampai satu kilometer dari rumah orangtuaku. Nama klinik itu adalah Rumah Bersalin Ny.Sulastri.

Hingga pukul 20.00 WIB ibuku belum juga melahirkan dan terus mengeluh kesakitan. Sampai pada akhirnya pukul 23.30 air ketuban ibuku sudah pecah namun tidak kunjung melahirkan juga. Karena merasa kesulitan bidan Sulastri mengatakan jika sampai dua jam kemudian aku belum juga lahir maka dengan terpaksa harus dilarikan ke RSUD Kota Metro untuk melakukan operasi sesar.

Ayahku yang merasa resah dan panik hanya dapat duduk diam di kursi yang terletak di depan kamar bersalin sambil berdoa. Pukul 00.30 WIB proses persalinan kembali dilakukan. Belum sempat ayahku melangkah untuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk membawa ibuku ke RSUD Kota Metro, suara tangisan bayi sudah terdengar dari kamar persalinan ibuku. Karena rasa senangnya ayahku meneteskan air matanya dan mengucap syukur,  lalu berlari menuju ke ruang persalinan.

Sesaat setelah lahir aku masih tetap menagis. Aku lahir dengan berat 4 kilogram dan panjang 49 sentimeter. Kulitku pada saat itu berwarna merah dengan rambut keriting yang lebat. Ibuku terlihat tersenyum melihat buah hatinya telah lahir dengan selamat. Kemudian aku di bawa oleh perawat untuk di bersihkan tubuhnya. Dua hari kemudian aku boleh dibawa kembali ke rumah. Dan biaya persalinan pada saat itu Rp 97.000,00.

Jadi, aku lahir pada 2 Februari 1996 di Kecamatan Pekalongan, Lampung Tengah, yang karena pemekaran wilayah kini menjadi Kabupaten Lampung Timur. Aku merupakan anak pertama yang terlahir dari pasangan Budiyanto dan Naomi. Orang tuaku memberi nama Kristin Pebiyana yang setiap katanya mengandung arti. Kristin berarti pengikut Kristus yang setia dan Pebiyana diambil karena lahir di bulan Februari. Sehingga nama Kristin Pebiyana memiliki makna pengikut Kristus yang setia yang lahir di bulan Februari.

Hari demi hari berganti, aku tumbuh menjadi anak balita yang nakal namun menggemaskan karena tubuhku yang gendut. Menurut cerita ibuku, aku selalu mengenakan pakaian laki-laki karena selalu menangis jika dikenakan pakaian perempuan. Bahkan sampai seluruh permainanku pun adalah permainan anak laki-laki. Mulai dari mobil-mobilan, traktor, robot, dan permainan yang lain.

Di sore hari, saat ayahku sudah kembali dari bekerja, aku selalu diajarkan untuk berhitung secara bertahap mulai dari angka 1 sampai dengan 10 dan bertambah dari hari ke hari. Ayahku juga mengajarkan menulis huruf serta belajar mengeja. Ayahku sering membelikan kaset-kaset lagu anak-anak untuk diputar dan dinyanyikan bersama denganku. Di malam hari biasanya aku bernyanyi dengan diiringi gitar oleh pamanku. Ayah dan ibuku selalu tertawa melihat putrinya bernyanyi dengan wajah ceria dan antusias.

Aku terus bertumbuh dan turus diajarkan untuk belajar, menurut pada orang tua, yang tidak mengikuti tingkah laku yang salah. Dan seiring dengan berjalannya waktu aku mulai mengerti.


Masa Kanak - Kanak
Aku memulai jenjang pendidikan dari Taman Kanak – Kanak di TK. Pertiwi Pekalongan Lampung Timur pada umur 4 tahun 5 bulan tepatnya pada Juli 2000. Karena sudah diajarkan menulis, berhitung,  mengeja, dan menyanyi,  aku sudah tidak kesulitan lagi saat mulai duduk di bangku Taman Kanak – Kanak.

Aku mulai belajar dan masuk di kels B1. Bahkan saat sudah belajar beberapa hari di kelas, salah satu guru pengajar di kelas Ibu Komang, berbicara kepada ibuku agar memindahkanku ke tingkat Nol Besar saja, karena menurut bebeerapa guru yang mengajar, aku sudah mampu mengikuti pembelajaran setingkat Nol Besar. Kemudian ibuku meminta pendapat ayahku tentang tawaran dari Ibu Komeng tersebut. Namun ayahku tidak setuju dengan alasan agar penulis dapat mengikuti tahap perkembanganku dan bergaul dengan anak –anak yang seusiaku.

Setiap hari ibuku selalu menghantarku untuk berangkat ke sekolah dengan menggunakan sepeda karena jarak dari rumah ke TK Pertiwi tidak terlalu jauh. Di perjalanan menuju sekolah biasanya aku belajar menghitung, menanyi,  dan mengeja. Dan disaat pulang biasanya aku selalu bercerita kepada ibuku tentang apa yang aku lakukan dan terjadi selama proses pembelajaran di sekolah.

Suatu pagi saat salah satu guru datang, aku akrab menyebutnya Ibu Kot, semua murid berlari kearah Ibu Kot dan mengejar sepeda motor yang dikendarai Ibu Kot untuk bersalaman. Aku  yang saat itu terdorong – dorong oleh temanku, akhirnya kakiku tersentuh knalpot motor Ibu Kot yang panas. Aku tidak menangis namun berlari ke arah ibuku yang mesih terlihat berdiri di depan pintu gerbang TK. Saat ibuku melihat, kaki penulis sudah dalam keadaan melepuh merah. Akhirnya ibuku meminta izin kepada guru pengajar untuk membawaku ke Puskesmas yang jaraknya kira – kira hanya 50 meter dari TK. Setelah kakiku diobati, aku tidak mau kembali ke rumah tetapi aku meminta ibuku untuk mengantarkanku kembali ke sekolah. Akhirnya, aku kembali mengikuti pelajaran di sekolah dengan kaki yang dibalut perban.

Satu caturwulan telah berlalu dan aku menerima raport. Perkembangan yang menjadi aspek penilaian pada raport meliputi kemempuan berbahasa, daya pikir, daya cipta, keterampilan jasmani dan rohani, serta kemampuan akanpengenalan benda – benda di sekitar. Aku mendapat hasil yang baik dan mendapat predikat baik. Hal itu terus berlanjut sampai caturwulan terakhir.

Di sekolah aku diajarkan bernyanyi, menggambar, menulis, berhitung, dan membaca. Aku sangat suka dengan pelajaran mengambar, walaupun saat itu hasil gambarnya tidak terlalu baik. Tidak jarang aku maju ke depan kelas untuk bernyanyi.

Setiap hari Jumat TK Pertiwi mengadakan senam pagi. Aku dan dua orang temanku Icha Ayu Aprilia dan Evany Lovita selalu berada di bagian paling depan untuk menjadi instruktur bagi teman – temanku yang lain. Selesai senam pagi ada pengembangan diri yang dibimbing oleh Ibu Komang. Pada saat pengembangan diri siswa siswi diperbolehkan untuk mengikuti bidang yang diinginkannya. Saat itu aku lebih memilih untuk mengikuti olahraga.

Pada peringatan hari Kartini, TK Pertiwi mengadakan karnaval dengan menggunakan baju adat dan berkeliling di jalan ranya dan pasar. Saat itu aku mengenakan baju adat Jawa berwarna merah dan kain jarik. Pagi -  pagi sekali ibuku mengajak penulis untuk pergi ke salon di dekat rumah. Karnaval pun berlangsung setiap siswa laki laki dipasangkan dengan siswa perempuan. Penulis berpasangan dengan Rama salah satu siswa laki – laki di TK Pertiwi. Saat melintas di pasar, para pedagang sayuran yang berjualan di emper pasar meneteskan saat peserta karnaval melintas. Menurut cerita, mereka terharu melihat anak – anak sekecil itu memakai baju adat tempat kampung halaman mereka yang sudah lama mereka tinggalkan yaitu Jawa.

Dua tahun telah berlalu perpisahan dipergunakan untuk pergi bertamasya ke Pantai Pasir Putih. Sebagai kenang – kenagan ibuku membeli boneka anjing berwarna putih yang masih kusimpan hingga sekarang.

Bagiku, masa TK adalah masa – masa awal di mana aku dapat bergaul dengan lingkungan sekitarku secara terarah. Aku dapat mengenal berbagai macam keunikan dari setiap teman. Dan bagiku masa Taman Kanak –Kanak adalah masa dini  yang membangun kerpibadian awal pada diriku.

Setelah menamatkan pendidikanku di taman Kanak – Kanak, aku melanjutkan pendidikan kejenjang berikutnya yaitu Sekolah Dasar. Aku disekolahkan di SD Negeri 1 Pekalongan Lampung Timur. SD Negeri 1 Pekalongan terletak di Jalan  Sidodadi nomor 1 Pekalongan, Lampung Timur.

Masa Sekolah Dasar merupakan masa perubahan yang amat drastis bagiku. Di masa SD aku harus meninggalkan kebiasaan – kebiasaan yang tidak dapat lagi di terapkan lagi pada masa SD. Aku harus lebih mandiri dalam mempersiapkan segala sesuatunya. Aku juga harus memahami pelajaran – pelajaran yang baru dipelajari di SD.

Saat kelas I SD aku ditempatkan di kelas IB dengan wali kelas Ibu Wiyarsih. Beliau sangat sabar dan telaten dalam membimbing siswa siswinya. Saat pembagian raport semester pertama aku mendapatkan peringkat 1. Aku dan orang tua merasa bangga atas prestasi yang didapat oleh penulis. Orang tuaku berpesan agar dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan prestasiku.

Di sekolah penulis mempunyai banyak teman. Semua temanku baik kepadanku. Setiap istirahat, aku selalu bermain permainan – permainan tradisional bersama teman – temanku.

Saat pembagian raport semester 2, prestasiku menurun menjadi peringkat ke-4. Timbul rasa kekecewaan di dalam diriku dan aku berjanji akan belajar lebih giat lagi.

Aku telah naik kelas ke kelas II SD. Aku ditempatkan di kelas IIB dengan wali kelas Ibu Rasmini. Beliau adalah guru senior yang terkenal tegas dan sudah mengajar sejak ayahku duduk di bangku SD.

Saat pembagian raport semester pertama di kelas II aku kembali mendapat peringkat 1 dan begitu pula saat semester 2. Untuk seterusnya sampai aku kelas VI SD aku selalu mendapat peringkat pertama.

Ada yang lebih bagiku di masa kelas IV . Saat bulan April 2006, menjelang kenaikan kelas V. Aku diberi kepercayaan oleh sekolah untuk megikuti Olompiade Lima Bidang Studi. Puji Tuhan, pada saat itu aku mendapat juara I mewakilai SD Negeri 1 Pekalongan. Salah satu pesertanya adalah Inggrid Tririda Wahyu Satiti, sekarang juga bersekolah di SMA Negeri 2 Bandar lampung Di kelas X1. m
             
Sejak saat aku itu, aku beberepa kali di percaya oleh sekolahku untuk mewakili dalam beberapa perlombaan. Prestasi yang pernah aku capai selama Duduuk di bangku SD adalah:
1.      Juara Pertama Olimpiade Lima Bidang Studi antar 32 sekolah.
2.      Juara ke-3 Olimpiade Matematika antar 32 sekolah.
3.      Juara ke-2 Olimpiade Matematika antar 32 sekolah.
4.      Juara ke-5 Olimpiade Matematika tingkat kabupaten Lampung Timur
5.      Juara ke-4 Olimpiade Matematika tingkat kabupaten Lampung Timur
6.      Juara ke-1 Menyanyi Solo antar 32 sekolah
7.      Juara ke-1 Menyanyi Solo tingkat kabupaten Lampung Timur.

       Di masa kelas VI Sekolah Dasar aku mempunyai kelompok belajar. Anggota kelompok belajar itu antara lain Iga Zahratul Mufarida, dan Kumala Sari Anisa Teladan. Kelompok belajarku, berkumpul setiap hari Jumat dengan berkeliling dari rumahku dan kedua temanku.

Kami membahas soal – soal Ujian Nasional dari beberapa tahun sebelum 2008. Hal itu terus kami lakukan sampai semester 1 di kelas VI berakhir. Alhasil, pada saat pembagian raport kelas VI semester 1 aku mendapat peringkat pertama. Dan yang lebih luar biasa kedua teman pada kelompok belajarnya yang pada awalnya mendapat peringkat ke 4 dan 6 saat itu berubah sangat baik. Iga Zahratul Mufarida mengubah posisinya dari peringkat 5 ke peringkat 2 dan Kumela Sari Anisa Teladan dari peringkat 6 ke peringkat 3.

Saat itu masa ujian nasional semakin dekat dan seperti tahun-tahun sebelumnya ada Try Out dari sekolah, dinas pendidikan, kabupaten, dan provinsi. Pada saat akan melaksanakan Try Out dari provinsi  , aku terkena gejala malaria yang membuat tubuhku melemas dan ujung-ujung jariku terasa sakit. Aku sudah dilarang oleh ibuku untuk tidak mengikuti Try Out dan beristirahat di rumah. Tetapi aku tetep datang ke sekolah untuk melaksanakan Try Out. Akhirnya berkat campur tangan Tuhan dan kegigihan, aku mendapat nilai tertinggi dari Try Out tersebut.

Hari perjuangan Ujian Nasional pun tiba dan dengan percaya diri aku melangkah ke sekolah untuk melaksanakan ujian. Tiga hari berlalu dan ujian nasional telah selesai, aku telah menyelesaikan salah satu tugasku dan masih memiliki satu tugas lagi yaitu tes penerimaan siswa SMP RSBI ( Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional).

Sehari sebelum melasanakan tes di SMP Negeri 4 Metro yang menjadi pilihanku, aku ikut pamanku untuk menghantarkan tanteku kembali ke Way Abung, Tulang Bawang. Namun naasnya, mobil pamanku mogok sehingga aku terancam untuk tidak dapat mengikuti tes penerimaan siswa SMP dan tidak dapat masuk ke sekolah yang dipilihnya. Namun Puji Tuhan, pukul 04.00 WIB 22 Juni 2010 mobil pamanku selesai diperbaiki dan aku dapat kembali ke Metro.

Aku sampai di Metro pukul 06.00 WIB dan bersiap untuk mengikuti tes tanpa persiapan apapun. Setelah menunggu beberapa hari, pengumuman penerimaan siswa SMP Negeri 4 Metro pun diberitahukan dan aku diterima sebagai salah satu siswa di SMP tersebut. 

Setelah pengumuman kelulusan Ujian Nasional Sekolah Dasar, aku merasa tenang sebab aku telah diterima di sekolah yang kuinginkan dan lulus dengan nilai yang baik. 


Masa Remaja
Aku telah memasuki masa yang baru, yaitu masa SMP. Adalah sebuah masa yang sering di sebut sebagai masa transisi dari kekanak – kanakan menuju remaja. Masa dimana jiwa menjadi labil dan mudah terbawa arus kehidupan.

 Awal masuk SMP membuatku merasa sedikit aneh karena suasana baru, gaya hidup yang baru, dan karakter-karakter baru. Aku juga sempat besedih kala mengingat teman semasa SD yang sudah tidak bersama lagi.

Namun bagiku masa SMP adalah masa paling berwarna dalam hidupku. Aku lebih banyak belajar tentang makna kehidupan. Rasa manis dan pahitnya kehidupan aku rasakan dalam masa SMP.

Masa kelas VII SMP merupakan masa yang banyak memberi pelajaran bagiku. Pada saat kelas VII aku ditempatkan di kelas  VIID. Dengan wali klas Ibu Sumarni, seorang guru agama Islam yang sabar dan bijaksana.

Awal masuk kelas VIID semua terasa menegangkan. Aku harus berhadapan dengan anak – anak pandai dari berbagai daerah. Terlebih dalam daftar penerimaan siswa siswi baru di sekolah, aku mendapat urutan terakhir dalam urutan nilai penerimaan siswa di kelas VIID, yaitu nomor 64.

Tidak jarang aku diremehkan oleh beberapa temanku karena aku berasal dari desa Pekalongan dan masih sulit mengikuti pelajaran di sekolah. Sempat terbesit rasa benci dalam hatiku namun itu semua tidak membuatku berkecil hati. Justru karena itu, aku belajar untuk lebih sabar dan tekun.

Saat ulangan blok pertama, yaitu ulangan IPS Geografi, aku bertekat untuk mndapatkan nilai tertinggi di kelas itu dan akhirnya aku benar-benar mencapai anganku. Aku mendapat nilai 96, yaitu nilai tertinggi di kelasku bahkan tertinggi dari kelas-kelas yang lain.

Sejak saat itu aku mulai mendapatkan teman. Teman pertamaku yang benar-benar mengerti aku adalah Intan dan Sonia, mereka adalah teman-teman terbaikku.

Waktu demi waktu berlalu dan tiba saatnya mid semester dan percaya tidak percaya aku mendapat nilai tertinggi pada setiap mata pelajaran. Dan tiba saatnya pmbagian raport aku mendapat peringkat pertama. Sungguh suatu pencapaian yang membuat diriku sendiri tak percaya.

Saat memasuki semester aku mengalami masalah baru. Aku dihadapkan dengan suatu fitnah yang membuatku menjadi bahan pembicaraan kakak kelas di sekolahku. Namun berkat bantuan Tuhan dan sahabat-sahabatku semuanya dapat diselesaikan.

Tiba saatnya pembagian raport semester 2 kelas VII aku kembali mendapatkan peringkat pertama dengan selisih nilai yang cukup jauh dari peringkat ke 2 yaitu 52 poin.

Aku sangat bersyukur karena ditengah perubahan peringkat yang begitu drastis antara peringkaat 2 sampai 10, aku tetap berada di posisi pertama. Aku menyadari bahwa segala sesuatu yang aku dapatkan adalah pemberian Tuhan dan tanpa Tuhan aku tidak dapat berbuat apa-apa dan bukanlah siapa-siapa.

Tidak terasa aku telah melewati satu tahun di SMP. Aku telah naik kelas ke kelas VIII  dan masuk ke kelas unggulan yaitu kelas VIIIC. Suatu kelas yang membuat aku gemetar. Aku dihadapkan dengan siswa siswi yang pandai, yang pernah mengikuti olimpiade. Wali kelas VIIIC adalah Bapak Supriono, guru yang memiliki kecerdasan sriritual yang lebih dan sering memberi wejangan.

Suasana kelas baru membuatku menjadi sedikit pendiam. Aku harus ekstra beradaptasi untuk mengimbangi sistem belajar di kelas baru. Namun seiring dengan berjalannya waktu aku dapat bergaul dengan baik bersama teman-teman di kelasku.

Satu semester telah berlalu dan tiba saatnya pembagian raport. Ini adalah kali pertama aku merasa gemetar luar biasa dalam menunggu proses pembagian raport. Setelah menunggu beberapa lama akhirnya raport dibagikan juga. Aku mendapat peringkat ke 2. Sungguh sesuatu yang tak pernah sedikit pun terlintas dalam benakku. Aku mampu menerobos jajaran siswa-siswi cerdas di kelasku.

Saat semester dua, tepatnya bulan April 2010 aku dipercaya oleh sekolah untuk mengikuti Fstifal Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) cabang vokal grup dan menyanyi solo. Tim vokal grupku adalah Intan, Magdalena, Satrio, dan Arif.

Tiba saatnya lomba, 14 Mei 2010 vokal grup kami menyayikan lagu Majulah Negeriku ciptaan Presiden SBY, Anak Sekolah, dan Cangget Agung. Dilanjutkan dengan lomba menyanyi solo, aku menyanyikan lagu Mentari Bersinar ciptaan Presiden SBY, Serumpun Padi, dan Ngehamku di Lampung.

Saat pengumuman yang mendebarkan ternyata aku dan kawan-kawan mendapat juara ke-II dalam lomba vokal grup dan yang lebih membuatku terharu adalah, aku mendapat juara ke-I dan mewakilai Kota Metro ke Tingkat Provinsi.

Satu bulan kemudian tiba saatnya pembagian raport semester 2, aku mendapat peringkat pertama. Sesuatu yang semakin sulit dipercaya, karena apa yang aku impikan selama itu telah terwujud. Menjadi juara di kelas unggulan.

Semua yang terjadi adalah berkat Tuhan dan aku semakin bersyukur atas semua yang terjadi. Dan aku membenarkan pepatah yang mengatakan Indah Pada Waktunya.

Aku telah naik ke kelas IX, merupakan masa yang mendebarkan karena akan menghadapi Ujian Nasional. Aku kembali ditempatkan di kelas unggulan yaitu kelas IXG, dengan wali kelas Ibu Eny Sukartini, beliau adalah guru yang humoris dan luar biasa, keluesan beliau mampu membius seluruh siswa SMP Negeri 4 Metro untuk duduk tenang dan mendengarkan.

Kelas IXG adalah kelas yang kompak. Aku dan teman-temanku selalu makan bersama saat jam istirahat, membersihkan kelas bersama, berbincang-bincang bersama dan menggunakan waktu dengan sebaik mungkin.

Waktu demi waktu bergulir dan Ujian Nasional semakin dekat. Aku belajar dengan tekun untuk Ujian Nasional dan diterima di sekolah yang favorit. Sekolah yang menjadi targetku adalah SMA Negeri 2 Bandar Lampung dan SMA Negeri 1 Metro. Karena proses pendaftaran di SMA Negeri 2 Bandar Lampung dan dimulai sebelum Ujian Nasional maka aku dan teman-temanku berjuang bersama.

Aku dan teman-temanku, Inggrid Tririda WS, Robby Sye Rizky, berangkat ke Bandar lampung dengan Karona Travel. Itu adalah kali pertama aku pergi ke Bandar Lampung tanpa orang tua, bahkan aku pun tidak tau dimana letak SMA Negeri 2 Bandar Lampung.

Tanggal 25-28 April 2011 aku melaksanakan Ujian Nasional. Aku berjanji pada diriku sendiri untuk mengerjakan soal-soal dengan jujur dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Aku ingin hasil yang tertera pada Ijazah nantinya adalah hasil usaha yang benar-benar nyata.

 Tanggal 30 April 2011 adalah pengumuman hasil seleksi penerimaan siswa baru SMA Negeri 2 Bandar Lampung, jalur Non-Tes. Aku diberi tahu temanku lewat jejaring sosial bahwa namanya tertera pada pengumuman itu dan aku dinyatakan lolos. Aku merasa senang namun juga bingung, sebab jika aku memang benar diterima berarti aku harus tinggal jauh dari orang tua.

Tanggal 14 Juni 2011 adalah pengumuman kelulusan di SMP, aku menerima surat di dalam amplop dan hanya boleh dibuka setelah sampai di rumah. Dan amplop itu bertuliskan “LULUS”.

Setelah itu sekolah mengadakan pelepasan siswa siswi kelas IX  tahun pelajaran 2010/2011. aku tampil mengisi acara itu. Aku tampil bersama vokal grupku saat kelas VIII, tampil bermain gitar mengiringi kelasku yang memberikan persembahan lagu, dan tampil bermain gitar mengiringi teman-temanku menyanyi.

Selepas acara perpisahan, aku bersama kelas IXG makan tumpeng bersama dan setelah itu bermaaf-maafan.

Itulah perpisahan yang terjadi, aku menahan tetesan air mataku dan tetap tersenyum. Aku tak ingin membebani sahabat-sahabatku. Aku tetap bersikap tegar walau sebenarnya hatiku menangis. Aku tak kuasa menghadapi perpisahan yang terjadi. Sahabat, guru, teman-teman, mereka semuanya telah menjadi bagian dalam hidupku.

Bagiku masa SMP telah memberiku banyak pembelajaran. Mulai dari tak diperhitungkan, diremehkan, difitnah, hingga menjadi juara kelas semua telah kurasakan. Bahkan aku berterima kasih kepada teman-temanku yang dahulu menghinaku, karena mereka adalah tonggak awal semangatku untuk bagkit dan melalui mereka, aku telah banyak belajar tentang makna kehidupan. Semua yang terjadi membuat aku percaya bahwa semuanya akan indah pada waktunya.

Meski pada awalnya bimbang, akhirnya aku memutuskan untuk memilih SMA Negeri 2 Bandar Lampung dengan berbagai pertimbangan yang mendasar.

Pada tanggal 5 Juli 2011, aku diantar oleh ayahku untuk menuju rumah pamanku di Sukarame, Bandar Lampung sebab tanggal 7 Juli aku sudah harus mengikuti Pra MOS ( Pra Masa Orientasi Siswa) di SMA Negeri 2 Bandar Lampung.

Tiba saatnya tanggal 7 Juli 2011 aku berangkat menuju ke SMA Negeri 2 Bandar Lampung dengan angkutan umum dan itu merupakan kali pertama aku naik angkutan umum di Bandar Lampung.

Setibanya di sekola, aku mengikuti apel pagi pembukaan Pra MOS. Setelah itu ada pembagian baju olahraga dan pembagian kelompok. Namaku terhitung dalam kelompok “Gudeg” sebab tahun 2011 nama – nama kelompok diambil dari nama makanan. Kakak –kakak penanggung jawab kelompok Gudeg atau akrab di sebut PJ Gudeg adalah Kak Dani Prihat Bren, Kak Gian, Kak Yussi Riandhini dan Kak Dhandy. Kegiatan yang dilaksanakan pada Pra MOS adalah apel pagi, bari-berbaris yang dilatih langsung oleh BRIMOB, menyanyi bersama, baris-berbaris lagi, demo ekstrakurikuler, apel sore dan lain sebagainya.

Kegiatan Pra MOS telah selesai. Dilanjutkan dengan MOS yang dilaksanakan pada tangga 11-13 Juli 2011. Pada saat MOS, para peserta MOS diwajibkan untuk menggunakan celana panjang beerwarna hitam dan baju OSIS SMP. Salah satu kegiatan yang dilakukan pada MOS adalah meminta tanda tangan kepada seluruh anggota OSIS dan PK. Tidak mudah untuk memenuhi tugas itu sebab banyak sekali kejahilan-kejahilan yangdilakukan oleh kakak kelas kepada peserta MOS.

Pada hari terakhir MOS, semua peserta MOS berjalan ke taman Wisata Lembah Hijau. Perjalanan yang menanjak dan menurun membuatku merasa lelah dan pegal, namun itu semua tergantikan dengan suasana yang ceria dan pemandangan yang indah di sepanjang perjalanan menuju ke Lembah Hijau. Di lembah hijau diadakan beberapa perlombaan yang membuat susana menjadi semangat dan memecah rintik-rintik hujan yang kala itu turun membasahi hijaunya pepohonan. Kelompok  Gudeg mendapatkan juara ke II pada lomba vokal grup. Setelah semua acara selesai, semua peserta MOS dikumpulkan untuk mengikutiupacara penutupan MOS dan semua peserta berteriak setelah semua rangkaian acara selesai.

Tanggal 14 Juli aku telah resmi dinyatakan sebagai siswa SMA Negeri 2 Bandar Lampung. Saat pembagian kelas, aku di tempatkan di kelas X.2 dengan nomor absen 22. Wali kelas X2 adalah Ibu Natali, seorang guru yang sangat disiplin dan penuh wibawa.

Awal masa penjajakan di SMA aku sangat merasa tidak nyaman, aku harus ekstra beradaptasi mengingat keberadaanku yang bukan berasal dari Kota Bandar Lampung. Aku sedikit demi sedikit mempelajari pola pergaulan yang terjadi, sedikit demi sedikit mengimbangi, namun tak terlalu banyak perubahan. Satu yang tidak bisa aku lakukan hingga saat ini adalah berdialog dengan menggunakan bahasa ” Lo, Gue” atau “Aku, Kamu”. Lidahku terasa berat untuk mengucapkan kata-kata itu dan untungnya teman-temanku bisa menerima.

Hari demi hari berlalu dan sudah nampak sedikit rasa kekeluargaan di kelas X2, teman-teman selalu perhatian kepada setiap siswa yang berulang tahun, dan rasa kekeluargaan itu juga terlihat ketika berbincan-bincang bersama.

Kelas X2 pernah mengadakan penyampaian kritik dan saran yang ditujukan kepada setiap anggota kelas X2 dengan menggunakan kertas yang bertuliskan nama dan diputar secara melingkar. Dari kertas itu aku dapat belajar tentang kekurangan dan kelebihannya. Itu semua mengingatkanku bahwa di balik kelebihan pasti tersibak kekurangan.



Dan inilah kisah hidup yang sebenarnya, kisah hidup yang memberi banyak makna, perjalanan yang memberi banyak pembelajaran, yang membentuk pribadi kita menjadi seseorang yang lebih dewasa, dan mampu memandang sisi kehidupan dengan kacamata perasaan dan naluri.
Perjalanan hidup tidaklah selurus yang dibayangkan terkadang harus ada jalan berliku, dan jalan terjal yang membuat kita untuk berhenti sejenak dan merenungkan betapa dalamnya arti kehidupan.
Seperti yang terjadi padaku, pada awalnya aku sulit menerima perpisahan yang harus terjadi antara diriku dan sahabat-sahabatku di SMP. Namun aku menyadari bahwa perpisahan terjadi bukan untuk saling melupakan tetapi untuk saling mengingat ,merindukan, dan mendoakan. Perpisahan memang harus terjadi, sebab perpisahan untuk pendidikan adalah perpisahan yang membawa harapan demi sebuah masa depan. Sampai akhirnya kita akan menyebut perpisahan itu sebagai perpisahan terindah.
Pengalaman hidup telah memberi kita banyak sekali kesempatan, kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik, kesempatan untuk belajar dan kesempatan untuk maju. Inilah kehidupan, selalu ada hasil yang manis di balik  gigihnya perjuangan seperti kata pepatah ada pelangi sehabis hujan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar