Masa Balita
Seperti Sabda Tuhan yang mengatakan bahwa manusia tidak baik hidup seorang
diri saja dan setiap manusia diciptakan berpasang-pasangan. Begitu juga dengan
orang tuaku.
Orang tuaku menikah pada 19 April 1994. Namun kehamilan ibuku dimulai pada Mei
1995. Alasan mengapa orang tuaku menunda kehamilan sebab, ibuku merasa belum
siap karena perbedaan usia yang cukup jauh antara ayah dan ibuku.
Waktu demi waktu ibuku
menjaga kandungannya dengan baik dan mempersiapkan diri menyambut kelahiranku
dan menjadi seorang ibu yang mengasihi.
Pagi dini hari, saat semua orang mulai terlana dengan indahnya mimpi dan
hangatnya selimut yang mengalahkan segala keindahan di dunia, tepatnya pukul
01.00 WIB tanggal 2 Februari 1996 merupakan momentum yang sangat berharga,
karena pada saat itulah aku pertama kali menatap dunia.
Tetapi, pada awalnya proses kelahiranku tidak berjalan dengan mulus. Pada
tanggal 1 Februari sore, tepatnya pukul 16.00 WIB, ibuku sudah merasakan sakit
perut yang luar biasa dan merasa sudah akan melahirkan. Ayahku yang panik
kemudian membawa ibuku ke bidan terdekat yang jaraknya tidak sampai satu
kilometer dari rumah orangtuaku. Nama klinik itu adalah Rumah Bersalin
Ny.Sulastri.
Hingga pukul 20.00 WIB ibuku belum juga melahirkan dan terus mengeluh
kesakitan. Sampai pada akhirnya pukul 23.30 air ketuban ibuku sudah pecah namun
tidak kunjung melahirkan juga. Karena merasa kesulitan bidan Sulastri
mengatakan jika sampai dua jam kemudian aku belum juga lahir maka dengan
terpaksa harus dilarikan ke RSUD Kota Metro untuk melakukan operasi sesar.
Ayahku yang merasa resah dan panik hanya dapat duduk diam di kursi yang
terletak di depan kamar bersalin sambil berdoa. Pukul 00.30 WIB proses
persalinan kembali dilakukan. Belum sempat ayahku melangkah untuk mempersiapkan
segala sesuatunya untuk membawa ibuku ke RSUD Kota Metro, suara tangisan bayi
sudah terdengar dari kamar persalinan ibuku. Karena rasa senangnya ayahku
meneteskan air matanya dan mengucap syukur,
lalu berlari menuju ke ruang persalinan.
Sesaat setelah lahir aku masih tetap menagis. Aku lahir dengan berat 4
kilogram dan panjang 49 sentimeter. Kulitku pada saat itu berwarna merah dengan
rambut keriting yang lebat. Ibuku terlihat tersenyum melihat buah hatinya telah
lahir dengan selamat. Kemudian aku di bawa oleh perawat untuk di bersihkan tubuhnya.
Dua hari kemudian aku boleh dibawa kembali ke rumah. Dan biaya persalinan pada
saat itu Rp 97.000,00.
Jadi, aku lahir pada 2 Februari 1996 di Kecamatan Pekalongan, Lampung
Tengah, yang karena pemekaran wilayah kini menjadi Kabupaten Lampung Timur. Aku
merupakan anak pertama yang terlahir dari pasangan Budiyanto dan Naomi. Orang
tuaku memberi nama Kristin Pebiyana yang setiap katanya mengandung arti.
Kristin berarti pengikut Kristus yang setia dan Pebiyana diambil karena lahir
di bulan Februari. Sehingga nama Kristin Pebiyana memiliki makna pengikut
Kristus yang setia yang lahir di bulan Februari.
Hari demi hari berganti, aku tumbuh menjadi anak balita yang nakal namun
menggemaskan karena tubuhku yang gendut. Menurut cerita ibuku, aku selalu
mengenakan pakaian laki-laki karena selalu menangis jika dikenakan pakaian
perempuan. Bahkan sampai seluruh permainanku pun adalah permainan anak
laki-laki. Mulai dari mobil-mobilan, traktor, robot, dan permainan yang lain.
Di sore hari, saat ayahku sudah kembali dari bekerja, aku selalu diajarkan
untuk berhitung secara bertahap mulai dari angka 1 sampai dengan 10 dan
bertambah dari hari ke hari. Ayahku juga mengajarkan menulis huruf serta
belajar mengeja. Ayahku sering membelikan kaset-kaset lagu anak-anak untuk
diputar dan dinyanyikan bersama denganku. Di malam hari biasanya aku bernyanyi
dengan diiringi gitar oleh pamanku. Ayah dan ibuku selalu tertawa melihat
putrinya bernyanyi dengan wajah ceria dan antusias.
Aku terus bertumbuh dan turus diajarkan untuk belajar, menurut pada orang
tua, yang tidak mengikuti tingkah laku yang salah. Dan seiring dengan
berjalannya waktu aku mulai mengerti.
Masa Kanak - Kanak
Aku memulai jenjang pendidikan dari Taman Kanak – Kanak di TK. Pertiwi
Pekalongan Lampung Timur pada umur 4 tahun 5 bulan tepatnya pada Juli 2000.
Karena sudah diajarkan menulis, berhitung, mengeja, dan menyanyi, aku sudah tidak kesulitan lagi saat mulai
duduk di bangku Taman Kanak – Kanak.
Aku mulai belajar dan masuk di kels B1. Bahkan saat sudah belajar beberapa
hari di kelas, salah satu guru pengajar di kelas Ibu Komang, berbicara kepada
ibuku agar memindahkanku ke tingkat Nol Besar saja, karena menurut bebeerapa
guru yang mengajar, aku sudah mampu mengikuti pembelajaran setingkat Nol Besar.
Kemudian ibuku meminta pendapat ayahku tentang tawaran dari Ibu Komeng
tersebut. Namun ayahku tidak setuju dengan alasan agar penulis dapat mengikuti
tahap perkembanganku dan bergaul dengan anak –anak yang seusiaku.
Setiap hari ibuku selalu menghantarku untuk berangkat ke sekolah dengan
menggunakan sepeda karena jarak dari rumah ke TK Pertiwi tidak terlalu jauh. Di
perjalanan menuju sekolah biasanya aku belajar menghitung, menanyi, dan mengeja. Dan disaat pulang biasanya aku
selalu bercerita kepada ibuku tentang apa yang aku lakukan dan terjadi selama
proses pembelajaran di sekolah.
Suatu pagi saat salah satu guru datang, aku akrab menyebutnya Ibu Kot,
semua murid berlari kearah Ibu Kot dan mengejar sepeda motor yang dikendarai
Ibu Kot untuk bersalaman. Aku yang saat
itu terdorong – dorong oleh temanku, akhirnya kakiku tersentuh knalpot motor
Ibu Kot yang panas. Aku tidak menangis namun berlari ke arah ibuku yang mesih terlihat
berdiri di depan pintu gerbang TK. Saat ibuku melihat, kaki penulis sudah dalam
keadaan melepuh merah. Akhirnya ibuku meminta izin kepada guru pengajar untuk
membawaku ke Puskesmas yang jaraknya kira – kira hanya 50 meter dari TK.
Setelah kakiku diobati, aku tidak mau kembali ke rumah tetapi aku meminta ibuku
untuk mengantarkanku kembali ke sekolah. Akhirnya, aku kembali mengikuti
pelajaran di sekolah dengan kaki yang dibalut perban.
Satu caturwulan telah berlalu dan aku menerima raport. Perkembangan yang
menjadi aspek penilaian pada raport meliputi kemempuan berbahasa, daya pikir,
daya cipta, keterampilan jasmani dan rohani, serta kemampuan akanpengenalan benda
– benda di sekitar. Aku mendapat hasil yang baik dan mendapat predikat baik.
Hal itu terus berlanjut sampai caturwulan terakhir.
Di sekolah aku diajarkan bernyanyi, menggambar, menulis, berhitung, dan
membaca. Aku sangat suka dengan pelajaran mengambar, walaupun saat itu hasil
gambarnya tidak terlalu baik. Tidak jarang aku maju ke depan kelas untuk
bernyanyi.
Setiap hari Jumat TK Pertiwi mengadakan senam pagi. Aku dan dua orang
temanku Icha Ayu Aprilia dan Evany Lovita selalu berada di bagian paling depan
untuk menjadi instruktur bagi teman – temanku yang lain. Selesai senam pagi ada
pengembangan diri yang dibimbing oleh Ibu Komang. Pada saat pengembangan diri
siswa siswi diperbolehkan untuk mengikuti bidang yang diinginkannya. Saat itu
aku lebih memilih untuk mengikuti olahraga.
Pada peringatan hari Kartini, TK Pertiwi mengadakan karnaval dengan
menggunakan baju adat dan berkeliling di jalan ranya dan pasar. Saat itu aku
mengenakan baju adat Jawa berwarna merah dan kain jarik. Pagi - pagi sekali ibuku mengajak penulis untuk
pergi ke salon di dekat rumah. Karnaval pun berlangsung setiap siswa laki laki
dipasangkan dengan siswa perempuan. Penulis berpasangan dengan Rama salah satu
siswa laki – laki di TK Pertiwi. Saat melintas di pasar, para pedagang sayuran
yang berjualan di emper pasar meneteskan saat peserta karnaval melintas.
Menurut cerita, mereka terharu melihat anak – anak sekecil itu memakai baju
adat tempat kampung halaman mereka yang sudah lama mereka tinggalkan yaitu
Jawa.
Dua tahun telah berlalu perpisahan dipergunakan untuk pergi bertamasya ke
Pantai Pasir Putih. Sebagai kenang – kenagan ibuku membeli boneka anjing
berwarna putih yang masih kusimpan hingga sekarang.
Bagiku, masa TK adalah masa – masa awal di mana aku dapat bergaul dengan
lingkungan sekitarku secara terarah. Aku dapat mengenal berbagai macam keunikan
dari setiap teman. Dan bagiku masa Taman Kanak –Kanak adalah masa dini yang membangun kerpibadian awal pada diriku.
Setelah menamatkan pendidikanku di taman Kanak – Kanak, aku melanjutkan
pendidikan kejenjang berikutnya yaitu Sekolah Dasar. Aku disekolahkan di SD
Negeri 1 Pekalongan Lampung Timur. SD Negeri 1 Pekalongan terletak di Jalan Sidodadi nomor 1 Pekalongan, Lampung Timur.
Masa Sekolah Dasar
merupakan masa perubahan yang amat drastis bagiku. Di masa SD aku harus
meninggalkan kebiasaan – kebiasaan yang tidak dapat lagi di terapkan lagi pada
masa SD. Aku harus lebih mandiri dalam mempersiapkan segala sesuatunya. Aku
juga harus memahami pelajaran – pelajaran yang baru dipelajari di SD.
Saat kelas I SD aku
ditempatkan di kelas IB dengan wali kelas Ibu Wiyarsih. Beliau sangat sabar dan
telaten dalam membimbing siswa siswinya. Saat pembagian raport semester pertama
aku mendapatkan peringkat 1. Aku dan orang tua merasa bangga atas prestasi yang
didapat oleh penulis. Orang tuaku berpesan agar dapat mempertahankan atau
bahkan meningkatkan prestasiku.
Di sekolah penulis
mempunyai banyak teman. Semua temanku baik kepadanku. Setiap istirahat, aku
selalu bermain permainan – permainan tradisional bersama teman – temanku.
Saat pembagian raport
semester 2, prestasiku menurun menjadi peringkat ke-4. Timbul rasa kekecewaan
di dalam diriku dan aku berjanji akan belajar lebih giat lagi.
Aku telah naik kelas ke
kelas II SD. Aku ditempatkan di kelas IIB dengan wali kelas Ibu Rasmini. Beliau
adalah guru senior yang terkenal tegas dan sudah mengajar sejak ayahku duduk di
bangku SD.
Saat pembagian raport semester
pertama di kelas II aku kembali mendapat peringkat 1 dan begitu pula saat
semester 2. Untuk seterusnya sampai aku kelas VI SD aku selalu mendapat
peringkat pertama.
Ada yang lebih bagiku di
masa kelas IV . Saat bulan April 2006, menjelang kenaikan kelas V. Aku diberi kepercayaan
oleh sekolah untuk megikuti Olompiade Lima Bidang Studi. Puji Tuhan, pada saat
itu aku mendapat juara I mewakilai SD Negeri 1 Pekalongan. Salah satu
pesertanya adalah Inggrid Tririda Wahyu Satiti, sekarang juga bersekolah di SMA
Negeri 2 Bandar lampung Di kelas X1. m
Sejak saat aku itu, aku
beberepa kali di percaya oleh sekolahku untuk mewakili dalam beberapa
perlombaan. Prestasi yang pernah aku capai selama Duduuk di bangku SD adalah:
1.
Juara Pertama Olimpiade Lima Bidang Studi
antar 32 sekolah.
2.
Juara ke-3 Olimpiade Matematika antar 32
sekolah.
3.
Juara ke-2 Olimpiade Matematika antar 32
sekolah.
4.
Juara ke-5 Olimpiade Matematika tingkat
kabupaten Lampung Timur
5.
Juara ke-4 Olimpiade Matematika tingkat
kabupaten Lampung Timur
6.
Juara ke-1 Menyanyi Solo antar 32 sekolah
7.
Juara ke-1 Menyanyi Solo tingkat kabupaten
Lampung Timur.
Di masa kelas VI Sekolah Dasar aku mempunyai kelompok belajar. Anggota
kelompok belajar itu antara lain Iga Zahratul Mufarida, dan Kumala Sari Anisa
Teladan. Kelompok belajarku, berkumpul setiap hari Jumat dengan berkeliling
dari rumahku dan kedua temanku.
Kami membahas soal – soal
Ujian Nasional dari beberapa tahun sebelum 2008. Hal itu terus kami lakukan
sampai semester 1 di kelas VI berakhir. Alhasil, pada saat pembagian raport
kelas VI semester 1 aku mendapat peringkat pertama. Dan yang lebih luar biasa
kedua teman pada kelompok belajarnya yang pada awalnya mendapat peringkat ke 4
dan 6 saat itu berubah sangat baik. Iga Zahratul Mufarida mengubah posisinya
dari peringkat 5 ke peringkat 2 dan Kumela Sari Anisa Teladan dari peringkat 6
ke peringkat 3.
Saat itu masa ujian
nasional semakin dekat dan seperti tahun-tahun sebelumnya ada Try Out dari
sekolah, dinas pendidikan, kabupaten, dan provinsi. Pada saat akan melaksanakan
Try Out dari provinsi , aku terkena gejala malaria yang membuat
tubuhku melemas dan ujung-ujung jariku terasa sakit. Aku sudah dilarang oleh
ibuku untuk tidak mengikuti Try Out dan beristirahat di rumah. Tetapi aku tetep
datang ke sekolah untuk melaksanakan Try Out. Akhirnya berkat campur tangan
Tuhan dan kegigihan, aku mendapat nilai tertinggi dari Try Out tersebut.
Hari perjuangan Ujian
Nasional pun tiba dan dengan percaya diri aku melangkah ke sekolah untuk
melaksanakan ujian. Tiga hari berlalu dan ujian nasional telah selesai, aku
telah menyelesaikan salah satu tugasku dan masih memiliki satu tugas lagi yaitu
tes penerimaan siswa SMP RSBI ( Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional).
Sehari sebelum melasanakan
tes di SMP Negeri 4 Metro yang menjadi pilihanku, aku ikut pamanku untuk
menghantarkan tanteku kembali ke Way Abung, Tulang Bawang. Namun naasnya, mobil
pamanku mogok sehingga aku terancam untuk tidak dapat mengikuti tes penerimaan
siswa SMP dan tidak dapat masuk ke sekolah yang dipilihnya. Namun Puji Tuhan,
pukul 04.00 WIB 22 Juni 2010 mobil pamanku selesai diperbaiki dan aku dapat
kembali ke Metro.
Aku sampai di Metro pukul
06.00 WIB dan bersiap untuk mengikuti tes tanpa persiapan apapun. Setelah
menunggu beberapa hari, pengumuman penerimaan siswa SMP Negeri 4 Metro pun
diberitahukan dan aku diterima sebagai salah satu siswa di SMP tersebut.
Setelah pengumuman kelulusan Ujian Nasional Sekolah Dasar, aku merasa
tenang sebab aku telah diterima di sekolah yang kuinginkan dan lulus dengan
nilai yang baik.
Masa Remaja
Aku telah memasuki masa yang baru, yaitu masa SMP. Adalah sebuah masa yang
sering di sebut sebagai masa transisi dari kekanak – kanakan menuju remaja.
Masa dimana jiwa menjadi labil dan mudah terbawa arus kehidupan.
Awal masuk SMP membuatku
merasa sedikit aneh karena suasana baru, gaya hidup yang baru, dan karakter-karakter
baru. Aku juga sempat besedih kala mengingat teman semasa SD yang sudah tidak bersama
lagi.
Namun bagiku masa SMP
adalah masa paling berwarna dalam hidupku. Aku lebih banyak belajar tentang
makna kehidupan. Rasa manis dan pahitnya kehidupan aku rasakan dalam masa SMP.
Masa kelas VII SMP
merupakan masa yang banyak memberi pelajaran bagiku. Pada saat kelas VII aku
ditempatkan di kelas VIID. Dengan wali
klas Ibu Sumarni, seorang guru agama Islam yang sabar dan bijaksana.
Awal masuk kelas VIID semua terasa menegangkan. Aku harus berhadapan dengan
anak – anak pandai dari berbagai daerah. Terlebih dalam daftar penerimaan siswa
siswi baru di sekolah, aku mendapat urutan terakhir dalam urutan nilai
penerimaan siswa di kelas VIID, yaitu nomor 64.
Tidak jarang aku diremehkan oleh beberapa temanku karena aku berasal dari
desa Pekalongan dan masih sulit mengikuti pelajaran di sekolah. Sempat terbesit
rasa benci dalam hatiku namun itu semua tidak membuatku berkecil hati. Justru
karena itu, aku belajar untuk lebih sabar dan tekun.
Saat ulangan blok pertama, yaitu ulangan IPS Geografi, aku bertekat untuk
mndapatkan nilai tertinggi di kelas itu dan akhirnya aku benar-benar mencapai
anganku. Aku mendapat nilai 96, yaitu nilai tertinggi di kelasku bahkan tertinggi
dari kelas-kelas yang lain.
Sejak saat itu aku mulai mendapatkan teman. Teman pertamaku yang
benar-benar mengerti aku adalah Intan dan Sonia, mereka adalah teman-teman
terbaikku.
Waktu demi waktu berlalu dan tiba saatnya mid semester dan percaya tidak
percaya aku mendapat nilai tertinggi pada setiap mata pelajaran. Dan tiba
saatnya pmbagian raport aku mendapat peringkat pertama. Sungguh suatu
pencapaian yang membuat diriku sendiri tak percaya.
Saat memasuki semester aku mengalami masalah baru. Aku dihadapkan dengan
suatu fitnah yang membuatku menjadi bahan pembicaraan kakak kelas di sekolahku.
Namun berkat bantuan Tuhan dan sahabat-sahabatku semuanya dapat diselesaikan.
Tiba saatnya pembagian raport semester 2 kelas VII aku kembali mendapatkan
peringkat pertama dengan selisih nilai yang cukup jauh dari peringkat ke 2
yaitu 52 poin.
Aku sangat bersyukur karena ditengah perubahan peringkat yang begitu
drastis antara peringkaat 2 sampai 10, aku tetap berada di posisi pertama. Aku
menyadari bahwa segala sesuatu yang aku dapatkan adalah pemberian Tuhan dan
tanpa Tuhan aku tidak dapat berbuat apa-apa dan bukanlah siapa-siapa.
Tidak terasa aku telah melewati satu tahun di SMP. Aku telah naik kelas ke
kelas VIII dan masuk ke kelas unggulan
yaitu kelas VIIIC. Suatu kelas yang membuat aku gemetar. Aku dihadapkan dengan
siswa siswi yang pandai, yang pernah mengikuti olimpiade. Wali kelas VIIIC
adalah Bapak Supriono, guru yang memiliki kecerdasan sriritual yang lebih dan
sering memberi wejangan.
Suasana kelas baru membuatku menjadi sedikit pendiam. Aku harus ekstra
beradaptasi untuk mengimbangi sistem belajar di kelas baru. Namun seiring dengan
berjalannya waktu aku dapat bergaul dengan baik bersama teman-teman di kelasku.
Satu semester telah berlalu dan tiba saatnya pembagian raport. Ini adalah
kali pertama aku merasa gemetar luar biasa dalam menunggu proses pembagian
raport. Setelah menunggu beberapa lama akhirnya raport dibagikan juga. Aku
mendapat peringkat ke 2. Sungguh sesuatu yang tak pernah sedikit pun terlintas dalam
benakku. Aku mampu menerobos jajaran siswa-siswi cerdas di kelasku.
Saat semester dua, tepatnya bulan April 2010 aku dipercaya oleh sekolah
untuk mengikuti Fstifal Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) cabang vokal grup dan
menyanyi solo. Tim vokal grupku adalah Intan, Magdalena, Satrio, dan Arif.
Tiba saatnya lomba, 14 Mei 2010
vokal grup kami menyayikan lagu Majulah Negeriku ciptaan Presiden SBY, Anak
Sekolah, dan Cangget Agung. Dilanjutkan dengan lomba menyanyi solo, aku
menyanyikan lagu Mentari Bersinar ciptaan Presiden SBY, Serumpun Padi, dan
Ngehamku di Lampung.
Saat pengumuman yang mendebarkan ternyata aku dan kawan-kawan mendapat
juara ke-II dalam lomba vokal grup dan yang lebih membuatku terharu adalah, aku
mendapat juara ke-I dan mewakilai Kota Metro ke Tingkat Provinsi.
Satu bulan kemudian tiba saatnya pembagian raport semester 2, aku mendapat
peringkat pertama. Sesuatu yang semakin sulit dipercaya, karena apa yang aku
impikan selama itu telah terwujud. Menjadi juara di kelas unggulan.
Semua yang terjadi adalah berkat Tuhan dan aku semakin bersyukur atas semua
yang terjadi. Dan aku membenarkan pepatah yang mengatakan Indah Pada Waktunya.
Aku telah naik ke kelas
IX, merupakan masa yang mendebarkan karena akan menghadapi Ujian Nasional. Aku
kembali ditempatkan di kelas unggulan yaitu kelas IXG, dengan wali kelas Ibu
Eny Sukartini, beliau adalah guru yang humoris dan luar biasa, keluesan beliau
mampu membius seluruh siswa SMP Negeri 4 Metro untuk duduk tenang dan
mendengarkan.
Kelas IXG adalah kelas yang
kompak. Aku dan teman-temanku selalu makan bersama saat jam istirahat,
membersihkan kelas bersama, berbincang-bincang bersama dan menggunakan waktu
dengan sebaik mungkin.
Waktu demi waktu bergulir
dan Ujian Nasional semakin dekat. Aku belajar dengan tekun untuk Ujian Nasional
dan diterima di sekolah yang favorit. Sekolah yang menjadi targetku adalah SMA
Negeri 2 Bandar Lampung dan SMA Negeri 1 Metro. Karena proses pendaftaran di
SMA Negeri 2 Bandar Lampung dan dimulai sebelum Ujian Nasional maka aku dan
teman-temanku berjuang bersama.
Aku dan teman-temanku,
Inggrid Tririda WS, Robby Sye Rizky, berangkat ke Bandar lampung dengan Karona
Travel. Itu adalah kali pertama aku pergi ke Bandar Lampung tanpa orang tua,
bahkan aku pun tidak tau dimana letak SMA Negeri 2 Bandar Lampung.
Tanggal 25-28 April 2011
aku melaksanakan Ujian Nasional. Aku berjanji pada diriku sendiri untuk
mengerjakan soal-soal dengan jujur dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Aku ingin
hasil yang tertera pada Ijazah nantinya adalah hasil usaha yang benar-benar
nyata.
Tanggal 30 April 2011
adalah pengumuman hasil seleksi penerimaan siswa baru SMA Negeri 2 Bandar Lampung,
jalur Non-Tes. Aku diberi tahu temanku lewat jejaring sosial bahwa namanya tertera
pada pengumuman itu dan aku dinyatakan lolos. Aku merasa senang namun juga
bingung, sebab jika aku memang benar diterima berarti aku harus tinggal jauh
dari orang tua.
Tanggal 14 Juni 2011
adalah pengumuman kelulusan di SMP, aku menerima surat di dalam amplop dan
hanya boleh dibuka setelah sampai di rumah. Dan amplop itu bertuliskan “LULUS”.
Setelah itu sekolah
mengadakan pelepasan siswa siswi kelas IX
tahun pelajaran 2010/2011. aku tampil mengisi acara itu. Aku tampil
bersama vokal grupku saat kelas VIII, tampil bermain gitar mengiringi kelasku
yang memberikan persembahan lagu, dan tampil bermain gitar mengiringi
teman-temanku menyanyi.
Selepas acara perpisahan, aku bersama kelas IXG makan tumpeng bersama dan
setelah itu bermaaf-maafan.
Itulah perpisahan yang terjadi, aku menahan tetesan air mataku dan tetap
tersenyum. Aku tak ingin membebani sahabat-sahabatku. Aku tetap bersikap tegar
walau sebenarnya hatiku menangis. Aku tak kuasa menghadapi perpisahan yang
terjadi. Sahabat, guru, teman-teman, mereka semuanya telah menjadi bagian dalam
hidupku.
Bagiku masa SMP telah memberiku banyak pembelajaran. Mulai dari tak
diperhitungkan, diremehkan, difitnah, hingga menjadi juara kelas semua telah kurasakan.
Bahkan aku berterima kasih kepada teman-temanku yang dahulu menghinaku, karena
mereka adalah tonggak awal semangatku untuk bagkit dan melalui mereka, aku
telah banyak belajar tentang makna kehidupan. Semua yang terjadi membuat aku
percaya bahwa semuanya akan indah pada waktunya.
Meski pada awalnya bimbang, akhirnya aku memutuskan untuk memilih SMA
Negeri 2 Bandar Lampung dengan berbagai pertimbangan yang mendasar.
Pada tanggal 5 Juli 2011, aku diantar oleh ayahku untuk menuju rumah
pamanku di Sukarame, Bandar Lampung sebab tanggal 7 Juli aku sudah harus
mengikuti Pra MOS ( Pra Masa Orientasi Siswa) di SMA Negeri 2 Bandar Lampung.
Tiba saatnya tanggal 7 Juli 2011 aku berangkat menuju ke SMA Negeri 2
Bandar Lampung dengan angkutan umum dan itu merupakan kali pertama aku naik
angkutan umum di Bandar Lampung.
Setibanya di sekola, aku mengikuti apel pagi pembukaan Pra MOS. Setelah itu
ada pembagian baju olahraga dan pembagian kelompok. Namaku terhitung dalam
kelompok “Gudeg” sebab tahun 2011 nama – nama kelompok diambil dari nama
makanan. Kakak –kakak penanggung jawab kelompok Gudeg atau akrab di sebut PJ
Gudeg adalah Kak Dani Prihat Bren, Kak Gian, Kak Yussi Riandhini dan Kak
Dhandy. Kegiatan yang dilaksanakan pada Pra MOS adalah apel pagi, bari-berbaris
yang dilatih langsung oleh BRIMOB, menyanyi bersama, baris-berbaris lagi, demo
ekstrakurikuler, apel sore dan lain sebagainya.
Kegiatan Pra MOS telah selesai. Dilanjutkan dengan MOS yang dilaksanakan
pada tangga 11-13 Juli 2011. Pada saat MOS, para peserta MOS diwajibkan untuk
menggunakan celana panjang beerwarna hitam dan baju OSIS SMP. Salah satu kegiatan
yang dilakukan pada MOS adalah meminta tanda tangan kepada seluruh anggota OSIS
dan PK. Tidak mudah untuk memenuhi tugas itu sebab banyak sekali
kejahilan-kejahilan yangdilakukan oleh kakak kelas kepada peserta MOS.
Pada hari terakhir MOS, semua peserta MOS berjalan ke taman Wisata Lembah
Hijau. Perjalanan yang menanjak dan menurun membuatku merasa lelah dan pegal,
namun itu semua tergantikan dengan suasana yang ceria dan pemandangan yang
indah di sepanjang perjalanan menuju ke Lembah Hijau. Di lembah hijau diadakan
beberapa perlombaan yang membuat susana menjadi semangat dan memecah
rintik-rintik hujan yang kala itu turun membasahi hijaunya pepohonan.
Kelompok Gudeg mendapatkan juara ke II
pada lomba vokal grup. Setelah semua acara selesai, semua peserta MOS
dikumpulkan untuk mengikutiupacara penutupan MOS dan semua peserta berteriak
setelah semua rangkaian acara selesai.
Tanggal 14 Juli aku telah resmi dinyatakan sebagai siswa SMA Negeri 2
Bandar Lampung. Saat pembagian kelas, aku di tempatkan di kelas X.2 dengan
nomor absen 22. Wali kelas X2 adalah Ibu Natali, seorang guru yang sangat
disiplin dan penuh wibawa.
Awal masa penjajakan di SMA aku sangat merasa tidak nyaman, aku harus
ekstra beradaptasi mengingat keberadaanku yang bukan berasal dari Kota Bandar
Lampung. Aku sedikit demi sedikit mempelajari pola pergaulan yang terjadi,
sedikit demi sedikit mengimbangi, namun tak terlalu banyak perubahan. Satu yang
tidak bisa aku lakukan hingga saat ini adalah berdialog dengan menggunakan
bahasa ” Lo, Gue” atau “Aku, Kamu”. Lidahku terasa berat untuk mengucapkan
kata-kata itu dan untungnya teman-temanku bisa menerima.
Hari demi hari berlalu dan sudah nampak sedikit rasa kekeluargaan di kelas
X2, teman-teman selalu perhatian kepada setiap siswa yang berulang tahun, dan
rasa kekeluargaan itu juga terlihat ketika berbincan-bincang bersama.
Kelas X2 pernah mengadakan penyampaian kritik dan saran yang ditujukan
kepada setiap anggota kelas X2 dengan menggunakan kertas yang bertuliskan nama
dan diputar secara melingkar. Dari kertas itu aku dapat belajar tentang
kekurangan dan kelebihannya. Itu semua mengingatkanku bahwa di balik kelebihan
pasti tersibak kekurangan.
Dan inilah kisah hidup
yang sebenarnya, kisah hidup yang memberi banyak makna, perjalanan yang memberi
banyak pembelajaran, yang membentuk pribadi kita menjadi seseorang yang lebih
dewasa, dan mampu memandang sisi kehidupan dengan kacamata perasaan dan naluri.
Perjalanan hidup
tidaklah selurus yang dibayangkan terkadang harus ada jalan berliku, dan jalan
terjal yang membuat kita untuk berhenti sejenak dan merenungkan betapa dalamnya
arti kehidupan.
Seperti yang terjadi
padaku, pada awalnya aku sulit menerima perpisahan yang harus terjadi antara
diriku dan sahabat-sahabatku di SMP. Namun aku menyadari bahwa perpisahan
terjadi bukan untuk saling melupakan tetapi untuk saling mengingat ,merindukan,
dan mendoakan. Perpisahan memang harus terjadi, sebab perpisahan untuk
pendidikan adalah perpisahan yang membawa harapan demi sebuah masa depan.
Sampai akhirnya kita akan menyebut perpisahan itu sebagai perpisahan terindah.
Pengalaman hidup telah
memberi kita banyak sekali kesempatan, kesempatan untuk berubah menjadi lebih
baik, kesempatan untuk belajar dan kesempatan untuk maju. Inilah kehidupan,
selalu ada hasil yang manis di balik
gigihnya perjuangan seperti kata pepatah ada pelangi sehabis hujan.